Fatherhood

Monday, September 10, 2007 Fay 0 Comments

Pernahkah anda bertanya, mengapa hubungan antara ayah dan anaknya lebih sering didengungkan dibanding hubungan antara anak dan ibunya? Ini bukan berarti yang satu penting dan yang lain tidak, tapi memang benar adanya bahwa hubungan antara seorang ayah dan anaknya itu adalah sesuatu yang vital, terutama bagi anak.

Anak membutuhkan figur seorang ayah untuk dapat bertumbuh, menjadi dewasa, dan berfungsi dengan maksimal sebagai seorang pribadi yang utuh. Anak laki-laki membutuhkan figur seorang ayah yang dapat dijadikan teladannya, agar dia dapat bertumbuh menjadi seorang pria dewasa dengan nilai-nilai yang benar dalam berbagai bidang kehidupannya. Sedangkan anak perempuan membutuhkan figur seorang ayah yang mengasihinya sedemikian rupa, sehingga dia bertumbuh menjadi seorang wanita dewasa yang mempunyai gambar diri yang benar, yang menghargai dirinya sendiri, yang tahu benar bagaimana dia seharusnya diperlakukan (dengan hormat) dan yang menjadikan hubungannya dengan sang ayah sebagai pedoman untuk berinteraksi dengan pria-pria dalam kehidupannya (entah itu teman, rekan kerja, atau pasangannya). Selain itu, seorang anak perlu untuk melihat dan mengalami, bahwa ayahnya dan ibunya saling menyayangi dan menghargai satu sama lain, karena hubungan antara suami dan istrinya sama seperti hubungan antara Dia dan jemaatNya. Dari hubungan antara ayah dan ibunya, anak juga belajar tentang bagaimana seharusnya nilai dan arti dari sebuah keluarga yang benar.

Kondisi ideal ini memang gampang untuk diucapkan, kita tahu kenyataan yang terjadi tidak seperti itu. Tapi, kita perlu ingat bahwa bagi Dia, tidak ada sesuatupun yang mustahil...

Iblis tahu bahwa segala sesuatunya berawal dari keluarga. Kehidupan seorang anak berawal dari keluarga, interaksi pertama seorang anak adalah dengan keluarganya, tempat anak belajar dan menyerap nilai-nilai kehidupan serta membentuk gambar dirinya, pertama kali adalah dari keluarganya, dan itulah yang akan mengakar kuat dalam dirinya sampai dia dewasa, entah dia sadar atau tidak. Karena itu iblis berusaha merusak titik awal kehidupan ini, dengan seks bebas, aborsi, kepahitan, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, keegoisan, ketidakpedulian, nafsu, kebohongan, dan masih banyak lagi... Intinya, iblis berusaha mencegah munculnya generasi anak-anak Tuhan yang utuh dan menghidupi nilai-nilai kerajaan Allah, dengan berbagai cara.

Dia sangat rindu agar hubungan antara ayah dan anak ini dipulihkan. Dia ingin hati bapa-bapa kembali pada anak-anak mereka, dan hati anak-anak kembali pada bapa-bapa mereka. Karena Dia mengasihi kita sebagai seorang Bapa yang mengasihi anak-anakNya. Dan kita bisa berharap padaNya, karena FirmanNya adalah Ya dan Amin, janjiNya itu pasti digenapi... jika kita juga melakukan bagian kita, karena kita adalah rekan kerjaNya...

Kita tidak bisa mengubah hati seseorang, hanya Dia yang bisa... Tapi kita punya kuasa sebagai anakNya... Kita punya kuasa untuk mengasihi dengan kasihNya... Kita punya kuasa untuk memilih, apakah kita ingin memulihkan hubungan kita dengan ayah kita di dunia ataukah kita cukup puas dan tidak perduli lagi... Kadang kepahitan, kekecewaan, ataupun luka, membuat hati kita menjadi tawar, sehingga kita sama sekali tidak punya keinginan untuk memulihkan suatu hubungan... Tapi ingatkah kita bahwa Dia terlebih dahulu sudah menunjukkan bahwa kerinduan utamaNya adalah memulihkan hubungan?

Yesus datang ke dunia agar hubungan kita dengan Bapa dipulihkan. Sebelumnya kita tidak dapat mendekat pada Bapa karena Dia itu Kudus, dosa telah menjadi penghalang dan pembuat jurang pemisah antara kita dengan Bapa. KerinduanNya hanya satu, pemulihan hubungan. Bahkan pesan terakhir Yesus kepada murid-murid yang ditinggalkanNya juga agar semakin banyak pemulihan hubungan yang terjadi, agar semakin banyak orang yang dipulihkan hubunganNya dengan Bapa melalui darahNya.

Tidak masalah apakah kita adalah seorang ayah atau seorang anak. Pemulihan hubungan bisa dimulai oleh siapa saja. Dan kita sama-sama mempunyai teladan, karena Dia adalah Bapa, sekaligus juga seorang Anak. Saat kita mulai bergerak bersama-sama dengan Dia untuk mewujudkan kerinduan hatiNya (dan juga kerinduan hati kita), maka tidak ada yang mustahil karena Dia ada di pihak kita. Jangan pernah menyerah karena Dia juga tidak pernah menyerah atas kita. Setiap hal pasti membutuhkan proses dan waktu. Uniknya, dalam proses itu, yang akan berubah tidak hanya satu pihak, tapi kedua belah pihak... karena pemulihan hubungan pasti membutuhkan peran serta dari orang-orang yang terlibat dalam hubungan itu. Sama seperti pemulihan hubunganNya dengan kita, membutuhkan pengorbananNya, dan juga membutuhkan pertobatan serta iman kita kepadaNya.

Kerinduan yang sama itu pasti juga berada dalam hati kita... Bahkan jauh di dalam hati kita... karena saat kita menerima Dia dalam hati kita, hati kita diperbarui dan terus diselaraskan dengan hatiNya. Hanya saja mungkin kerinduan akan pemulihan hubungan itu tidak begitu terasa karena kerinduan itu sudah tertimbun dengan begitu banyak kekecewaan, kepahitan, kebencian, dan luka.

Kita perlu menerima dan mengalami kasihNya terlebih dahulu, baru kemudian kita dapat mengasihi orang lain dengan kasihNya itu. Karena kita tidak dapat memberikan sesuatu yang kita tidak punyai. Hanya kasihNya yang bisa membuat kita mengampuni dan mengasihi seseorang yang sudah menyakiti hati kita dan membuat hati kita menjadi tawar. Pertanyaannya adalah, maukah kita? Maukah kita menggenapi kerinduan hatiNya dan juga kerinduan hati kita sendiri bersama-sama dengan Dia?

0 comments: