Perpuluhan: Alkitabiah Tapi Bukan Kekristenan
TITHES AND CLERGY SALARIES (PERPULUHAN DAN GAJI KEPENDETAAN)Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.
2 Korintus 2:17
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Maleakhi 3:8-10
Bagian dari kitab Maleakhi tersebut menjadi teks favorit bagi banyak pendeta, khususnya ketika persembahan dan pemberian di gereja berkurang. Jika kita punya waktu untuk memperhatikan gereja modern maka kita akan mendengar bagian dari kitab Maleakhi tadi sering "bergemuruh" dari mimbar. Pertimbangkan retorika yang sering kita dengar ini: "Allah memerintahkanmu membayar perpuluhan dengan setia. Jika kamu tidak memberi perpuluhan maka kamu sedang merampok Allah dan menempatkanmu di bawah kutuk. Akankah kita ulangi bersama mengucapkan "doktrin perpuluhan?" Perpuluhan milik Tuhan. Di dalam kebenaran kita pelajari, di dalam iman kita percaya, dan di dalam sukacita kita memberikannya. Perpuluhan! Dan persembahanmu diperlukan jika pekerjaan Tuhan ingin jalan terus ("pekerjaan Tuhan di sini tentu artinya adalah gaji staf kependetaan dan pembayaran listrik bulanan gedung gereja"). Apa akibat dari tekanan ini?
Umat Tuhan merasa bersalah jika tidak memberikannya. Ketika mereka melakukannya mereka merasa membuat Tuhan senang lalu mereka dapat mengharapkan Dia untuk memberkati secara finansial. Ketika mereka gagal akan merasa jadi tidak taat dan kutuk finansial membayangi mereka. Tetapi marilah kita mundur ke belakang dan bertanya: "Apakah Alkitab mengajarkan kita tentang perpuluhan? Dan …. Apakah kita diwajibkan secara rohani untuk mendanai pendeta dan stafnya?" jawaban dari dua pertanyaan itu mengejutkan (jika Anda seorang pendeta, ini menarik perhatian, maka Anda mungkin akan mencabut hatimu dan mengobatinya sekarang).
Apakah perpuluhan alkitabiah?
Perpuluhan muncul di dalam Alkitab. Maka, ya, perpuluhan adalah alkitabiah. Tetapi ini bukanlah kekristenan. Perpuluhan adalah milik bangsa Israel kuno. Ini secara esensial merupakan pajak pendapatan mereka. Anda tidak pernah menemukan perpuluhan oleh kekristenan abad I dalam Perjanjian Baru.
Banyak orang Kristen tidak memiliki ide tentang apa yang Alkitab ajarkan mengenai perpuluhan maka marilah kita melihat hal tersebut. Kata "perpuluhan" secara sederhana artinya sepersepuluh bagian. Tuhan mengenalkan tiga macam perpuluhan bagi Israel sebagai bagian dari sistem perpajakan mereka yaitu :
* Perpuluhan hasil dari tanah untuk men-support orang-orang Lewi yang tidak memiliki warisan di Kanaan.
* Perpuluhan dari hasil tanah untuk mensponsori festival-festival keagamaan di Yerusalem. Jika hasil tanah pertanian tersebut sangat berat untuk dijinjing ke Yerusalem maka mereka dapat merubahnya menjadi uang.
* Perpuluhan dari hasil tanah yang dikumpulkan setiap tiga tahun untuk orang- orang Lewi lokal, yatim piatu, orang asing dan janda-janda.
Ini adalah perpuluhan alkitabiah. Memperhatikan bahwa Allah memerintahkan Israel untuk memberikan 23,3% dari pendapatan mereka tiap tahun maka sepertinya bertentangan dengan pemberian10% (20% per tahun dan 10% setiap tiga tahun = 23,3% per tahun...Allah telah memerintahkan 3 macam perpuluhan … Nehemia 12: 44, Maleakhi 3:8-12, Ibrani 7:5).
Perpuluhan itu dari hasil tanah yaitu benih, buah atau hewan ternak. Itu adalah hasil tanah bukan uang. Sebuah pararel yang jelas dapat dilihat antara sistem perpuluhan Israel dan sistem perpajakan modern yang sekarang ada di Amerika. Israel diwajibkan untuk mendukung pekerja-pekerja nasional mereka (imam-imam), hari-hari suci mereka (festival-festival), dan orang-orang miskin di tempat mereka (orang asing, janda dan yatim piatu) dengan perpuluhan tahunan mereka. Kebanyakan sistem-sistem pajak modern memiliki tujuan yang sama dengan itu.
Bersama kematian Yesus, semua upacara dan simbol-simbol agama yang dimiliki orang Yahudi telah dipakukan pada salib-Nya dan dikuburkan … tidak pernah muncul lagi untuk menghukum kita. Dengan alasan ini kita tidak pernah melihat orang-orang Kristen memberikan perpuluhan di dalam Perjanjian Baru. Tidak pernah kita melihat mereka mempersembahkan kambing domba untuk menutupi dosa-dosa mereka.
Paulus menulis, "Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari sabat; semuanya itu hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus." Kolose 2:13-17
Perpuluhan dimiliki secara eksklusif oleh Israel di bawah hukum Taurat. Soal pengelolaan keuangan, kita melihat orang-orang kudus abad pertama memberi dengan gembira sesuai kemampuan mereka bukan tanggung jawab yang keluar dari sebuah perintah (ini jelas tertulis di 2 Korintus 8:3-13, 9:5-12. Paulus menulis tentang pemberian: Beri sesuai kemampuan dan kekayaan). Pemberian di gereja mula-mula adalah sukarela dan yang diuntungkan dari pemberian tersebut adalah orang miskin, yatim piatu, orang sakit, janda-janda, orang-orang di penjara dan orang-orang asing.
Saya dapat mendengarkan sekarang ini keberatan-keberatan seperti: "Tapi bagaimana dengan Abraham? Dia hidup sebelum hukum Taurat. Dan kita melihat dia memberikan perpuluhan kepada Imam Besar Melkisedek. Apakah ini tidak terbalik dengan argumen Anda bahwa perpuluhan adalah bagian dari hukum Taurat?". Ada tiga hal yang seperti menjelaskan hal tersebut.
Pertama, perpuluhan Abraham adalah sukarela sepenuhnya. Bukan sesuatu yang diwajibkan. Allah tidak pernah memerintahkannya seperti Dia memerintahkan perpuluhan kepada Israel.
Kedua, perpuluhan Abraham berasal dari jarahan yang dia peroleh dari pertempurannya. Dia tidak memberikan perpuluhan dari pendapatan rejekinya sendiri atau kekayaannya. Tindakan perpuluhan Abraham tersebut sama seperti kalau Anda memenangkan lotere, sebuah mega jackpot, atau penerimaan sebuah bonus dari pekerjaan, lalu diberikan sepersepuluhnya.
Ketiga, dan yang paling penting, perpuluhan Abraham tersebut hanya sekali terjadi di sepanjang 175 tahun hidupnya di muka bumi. Kita tidak punya bukti bahwa dia kembali melakukan hal tersebut. Konsekuensinya jika kita menggunakan Abraham sebagai sebuah pembuktian untuk argumen kita bahwa orang-orang Kristen harus memberikan perpuluhan, maka kita hanya diharuskan memberikan perpuluhan sekali saja!
Ini membawa kita kembali kepada teks yang seringkali dikutip dalam Maleakhi 3. Apakah yang Allah katakan disana? Kutipan ini menunjukkan kepada bangsa Israel kuno dimana mereka ada dibawah hukum Taurat. Saat itu umat Tuhan menahan perpuluhan dan persembahan mereka. Bayangkan apa yang akan terjadi jika sebagian besar orang Amerika menolak membayar sebagian besar pajak pendapatan mereka. Hukum Amerika memandang hal tersebut sebagai perampasan atau perampokan. Maka kesalahan tersebut akan ditindaklanjuti dengan hukuman oleh pemerintah karena pencurian tersebut. Hal yang sama, ketika Israel menahan pajak (perpuluhan mereka) maka mereka sedang mencuri dari Allah yang telah mewajibkan sistem perpuluhan tersebut.
Tuhan lalu memerintahkan umat-Nya untuk membawa perpuluhan mereka ke dalam rumah perbekalan/persediaan. Rumah perbekalan/persediaan tersebut lokasinya ada dalam ruangan bait suci. Ruangan tersebut disediakan untuk menyimpan perpuluhan (yang adalah produk dan hasil- hasil pertanian, bukan uang) untuk men-support orang Lewi, orang miskin, orang asing dan para janda. Tuhan memberi peringatan dalam Maleakhi 3:5 dengan berkata bahwa Dia akan menghukum orang yang menindas para janda, anak piatu dan orang asing. Dia berkata: "Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman Tuhan semesta alam."
Janda-janda, anak piatu dan orang asing adalah mereka yang paling berhak menerima perpuluhan. Karena Israel menahan perpuluhan mereka maka mereka bersalah telah menindas tiga kelompok orang tersebut. Di dalam hati Allah Maleakhi 3:10 merupakan penindasan kepada orang miskin.
Berapa banyak pengkhotbah-pengkhotbah yang telah Anda dengar membukakan poin tersebut ketika mereka bicara panjang lebar tentang Maleakhi 3 tersebut? Perpuluhan memiliki tujuan untuk mendukung janda-janda, anak piatu, orang asing dan orang Lewi yang termasuk kelompok yang tidak memiliki apa-apa. Inilah pandangan firman Allah mengenai Maleakhi 3.
Asal-usul perpuluhan dan gaji pendeta
Cyprian (200-258) adalah orang Kristen pertama yang menulis tentang praktek dukungan keuangan terhadap kependetaan (clergy). Dia berargumentasi bahwa imam-imam Lewi-lah yang di dukung oleh perpuluhan, maka kependetaan Kristen akan di dukung juga oleh perpuluhan tetapi sesungguhnya ini merupakan kesalahan pemikiran. Hari ini, sistem keimamatan Lewi telah dihapus. Kita semua sekarang adalah imam maka jika seorang imam menerima perpuluhan maka orang Kristen akan memberikan perpuluhan satu sama lain. Pendapat dari Cyprian sangat luar biasa pada zaman itu dan tidak disuarakan oleh kekristenan pada umumnya sampai beberapa lama kemudian. Selain Cyprian tidak ada penulis Kristen sebelum Constantine yang pernah menggunakan Perjanjian Lama sebagai referensi untuk menyokong pandangan perpuluhan. Hal tersebut tidak ditemukan sampai pada abad ke-empat.
300 tahun setelah Kristus, beberapa pemimpin Kristen mulai mendukung pandangan mengenai perpuluhan sebagai sebuah praktek kekristenan untuk mendukung kaum clergi (kependetaan) tetapi ini pun tidak tersebar luas di antara orang-orang Kristen sampai abad ke-delapan. Seorang terpelajar pernah berkata, "Selama 700 tahun pertama perpuluhan sukar dijelaskan". Peta sejarah perpuluhan Kristen adalah sebuah pelajaran yang menarik. Perpuluhan telah berkembang secara perlahan dari negara kepada gereja. Pemberian perpuluhan dari hasil-hasil pertanian yang diperoleh seseorang adalah pembayaran pinjaman yang lazim untuk tanah-tanah yang disewakan di Eropa Barat. Gereja mengembangkan kepemilikan tanahnya melintasi Eropa; sepuluh persen dari biaya sewa tanah diberikan kepada gereja. Ini telah memberikan kepada peraturan "10% ongkos sewa tanah" sebuah makna yang baru. Ini diidentifikasikan dengan perpuluhan keimamatan Lewi.
Konsekuensinya, perpuluhan Kristen sebagai sebuah adat atau kebiasaan yang didasarkan atas sebuah gabungan praktek Perjanjian Lama dan institusi dunia. Pada abad ke-delapan perpuluhan diharuskan oleh hukum dan banyak tempat di Eropa Barat. Akhir abad ke-sepuluh pembedaan perpuluhan sebagai sebuah ongkos sewa dan sebuah persyaratan moral didukung oleh Perjanjian Lama telah dihilangkan. Perpuluhan menjadi diwajibkan ke seluruh kekristenan Eropa. Sebelum abad ke-delapan perpuluhan dipraktekkan sebagai pemberian sukarela.
Tetapi pada akhir abad ke-sepuluh dipindahkan ke dalam sebuah persyaratan legal untuk mendanai gereja pemerintah … diminta oleh klergi dan dikuatkan oleh otoritas sekuler! Syukurlah banyak gereja-gereja modern menghapuskan perpuluhan sebagai persyaratan legal. Tetapi praktek perpuluhan hari ini tetap saja sebanyak ketika hal tersebut mengikat secara legal di masa yang lalu. Tentu Anda tidak akan dihukum secara fisik jika gagal memberi perpuluhan. Tetapi jika engkau bukan seorang pemberi perpuluhan maka di banyak gereja-gereja modern Anda akan disingkirkan dari posisi pelayanan. Dan Anda akan selamanya dipersalahkan dari mimbar.
Selama tiga abad pertama, pelayan-pelayan Tuhan tidak menerima gaji tetapi ketika Constantine muncul, dia mewajibkan praktek pembayaran gaji tetap kepada kependetaan dari dana-dana gereja dan pemerintahan serta kekayaan kerajaan. Jadi lahirlah gaji kependetaan, sebuah praktek berbahaya yang tidak mempunyai akar dalam Perjanjian Baru.
Akar dari segala kejahatan
Jika seorang pemercaya berharap memberikan perpuluhan karena keputusan atau keyakinan pribadi, itu lebih baik. Perpuluhan menjadi sebuah masalah ketika dikatakan sebagai perintah Allah yang mengikat setiap orang percaya.
Perintah perpuluhan sama dengan penindasan terhadap orang miskin. Tidak sedikit orang-orang Kristen yang miskin yang merasa jatuh kepada kemiskinan lebih parah lagi sebab mereka telah mengatakan bahwa jika mereka tidak memberikan perpuluhan, mereka sedang mencuri milik Allah. Ketika perpuluhan dikatakan sebagai perintah Tuhan, orang-orang Kristen yang tidak dapat memenuhi perintah tersebut akan merasa bersalah dan jatuh ke dalam kemiskinan lebih dalam lagi. Ini menyebabkan perpuluhan telah menjauhkan Injil untuk menjadi "berita baik untuk orang miskin". Bukannya menjadi berita baik malahan menjadi beban berat. Bukannya kemerdekaan, hal tersebut malah menjadi penindasan. Kita cenderung melupakan bahwa perpuluhan yang asli yang ditetapkan Allah untuk orang Israel sebenarnya untuk mendatangkan keuntungan untuk orang Israel, bukannya untuk melukai mereka.
Sebaliknya, perpuluhan modern adalah berita baik untuk orang kaya. Bagi seseorang yang berpenghasilan tinggi, 10% adalah jumlah yang sedikit. Pemberian perpuluhan akan menenangkan hati orang kaya dan hal tersebut tidak akan mempengaruhi gaya hidup mereka. Tidak sedikit orang Kristen yang makmur diperdaya kepada pemikiran bahwa mereka "sedang taat kepada Allah" sebab mereka melemparkan 10% saja dari pendapatan mereka ke dalam kantong persembahan. Tetapi Allah memiliki pandangan yang berbeda tentang persembahan. Dalam perumpamaan janda yang miskin, dalam Lukas 21:1-4 dikatakan: Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan 2 peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Sungguh menyedihkan, perpuluhan sering ditampilkan sebagai sebuah kertas lakmus penguji bagi kepemimpinan. Jika Anda adalah seorang Kristen yang baik, Anda akan memberikan perpuluhan. Tetapi ini adalah sebuah penerapan yang palsu. Perpuluhan bukan tanda dari penyembahan Kristen. Jika perpuluhan adalah tanda kekristenan, seluruh orang Kristen pada abad pertama akan dihukum karena tidak taat.
Akar lama dibalik penekanan perpuluhan dalam gereja modern adalah gaji kependetaan. Tidak sedikit gembala-gembala merasa bahwa mereka harus mengkhotbahkan perpuluhan untuk mengingatkan jemaat mereka tentang kewajiban- kewajibannya mendukung gembala dan program-programnya. Dan mereka akan menggunakan janji berkat keuangan atau ketakutan akan kutuk keuangan untuk memastikan perpuluhan jalan terus.
Perpuluhan modern sama dengan sebuah lotere Kristen. "Bayar perpuluhan dan Allah akan memberimu kembali banyak uang. Tolak perpuluhan, dan Allah akan menghukummu." Banyak pemikiran-pemikiran yang merobek dan mengoyak jantung dari berita baik Injil. Hal yang sama dapat dikatakan tentang gaji kependetaan. Ini bukan nilai Perjanjian Baru. Pada kenyataannya clergi salary (gaji kependetaan) cenderung berlawanan dengan seluruh watak Perjanjian Baru. Penatua-penatua (gembala-gembala) pada abad pertama tidak pernah digaji, mereka orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan profesi. Mereka memberi kepada jemaat bukan mengambil dari mereka.
Penggajian gembala-gembala membuat mereka menjadi profesional-profesional yang dibayar. Ini mengangkat mereka melampaui umat Allah yang lain. Ini menciptakan sebuah kasta kependetaan yang memutarbalikkan kehidupan Tubuh Kristus ke dalam sebuah bisnis. Sejak gembala dan stafnya dibayar untuk melayani , mereka menjadi profesional bayaran. Segala perilaku gereja masuk dalam sebuah tingkat ketergantungan yang pasif. Jika setiap orang Kristen dipanggil untuk berfungsi sebagai imam-imam dalam rumah Tuhan (dan mereka diijinkan untuk menggunakan panggilan itu), pertanyaan yang segera muncul: Apakah kita harus membayar pastor-pastor kita? Tetapi hari ini, dalam keimamatan yang pasif, banyak pertanyaan-pertanyaan tidak pernah muncul. Sebaliknya ketika gereja berfungsi sebagaimana seharusnya, kependetaan profesional menjadi tidak perlu. Tiba-tiba pemikiran yang mengatakan, "itu adalah pekerjaan pendeta" terlihat tidak alkitabiah. Sebuah kependetaan profesional akan mendorong pengembangan pemikiran salah bahwa firman Allah digolongkan sebagai hal yang hanya dapat di handle oleh orang- orang yang ahli saja.
Membayar seorang pendeta atau gembala juga akan mendorongnya menjadi seorang "man-pleaser" (asal orang lain senang). Ini membuat dia menjadi budak manusia. "Kupon makan"-nya bergantung seberapa baik dia menyenangkan jemaatnya. Jadi dia tidak bebas untuk bicara tanpa takut bahwa dia akan kehilangan pemberi-pemberi perpuluhan. Bahaya lebih jauh lagi dari sistem penggajian pendeta adalah kecenderungan menghasilkan manusia-manusia yang tidak memiliki banyak keahlian. Sayang sekali banyak umat Tuhan sangat polos dan tidak mengerti tentang kekuasaan yang berlebihan dari sistem kependetaan. Allah tidak pernah mengharapkan lembaga kependetaan yang profesional untuk eksis. Tidak ada mandat atau penegasan alkitabiah mengenai hal tersebut. Pada kenyataannya tidak mungkin menyusun sebuah pembelaan alkitabiah untuk itu.
Seringkali para usher dipilih untuk menangani pengumpulan keuangan selama kebaktian berlangsung. Mereka menyodorkan "kantong persembahan" kepada jemaat. Praktek mengedarkan kantong persembahan tersebut dimulai pada tahun 1662 meskipun peti persembahan dan piring persembahan telah ada sebelum itu. Usher bermula dari Ratu Elizabeth I (1553-1603) yang pada waktu itu mengorganisasikan kembali liturgi gereja di Inggris. Para usher memiliki tugas mengawasi orang-orang duduk, mengumpulkan persembahan dan mencatat siapa yang telah mengambil perjamuan suci. Yang ada lebih dulu dari usher adalah "kuli pengangkut" (sama dengan "porter" gereja). Porter-porter itu memiliki tugas mengawasi penguncian dan pembukaan pintu gereja, menjaga bangunan dan mengawasi peraturan umum bagi para diaken.
Kesimpulan
Perpuluhan, sekalipun alkitabiah, bukan kekristenan. Yesus Kristus tidak menyatakan hal itu. Kekristenan abad pertama tidak melakukan hal tersebut dan selama 300 tahun umat Allah tidak mempraktekkannya. Perpuluhan tidak menjadi praktek yang diterima meluas di kalangan kekristenan sampai abad ke-delapan. Pemberian di dalam Perjanjian Baru adalah sesuai kemampuan seseorang. Orang- orang Kristen memberikan pertolongan kepada orang-orang percaya yang lain dan juga mendukung pekerja-pekerja apostolik, mendanai perjalanan dan perintisan jemaat.
Satu dari kesaksian yang paling terkenal dari gereja mula-mula adalah betapa murah hatinya orang-orang Kristen terhadap orang miskin dan orang-orang yang dalam kebutuhan. Inilah yang membuat orang-orang luar, termasuk filsuf Galen, untuk melihat hal yang mengagumkan, kekuatan yang menarik dari gereja mula-mula dan berkata: "Lihatlah mereka mengasihi satu sama lain".
Perpuluhan hanya disebutkan 4 kali dalam Perjanjian Baru tetapi tidak satu pun dari konteks itu diaplikasikan kepada kekristenan. Sekali lagi, perpuluhan merupakan bagian dari Perjanjian Lama dimana sistem perpajakan dibutuhkan untuk mendukung orang miskin dan dalam masa dimana sebuah keimamatan dipisahkan secara khusus untuk melayani Tuhan. Bersama dengan kedatangan Yesus Kristus ada sebuah "perubahan hukum"--yang tua "dibatalkan" dan menjadi usang oleh karena yang baru.
Kita semua sekarang adalah imam, bebas berfungsi di dalam rumah Allah. Hukum Taurat, keimamatan yang lama, dan perpuluhan semuanya telah disalibkan. Tidak ada lagi sekarang tirai bait Allah, pajak rumah Allah atau pun keimamatan khusus yang berdiri di antara Allah dan manusia.
Anda, orang-orang Kristen, telah dibebaskan dari perbudakan perpuluhan dan dari kewajiban untuk mendukung sistem klergi yang tidak alkitabiah.
Judul: PAGAN CHRISTIANITY (The Origins of Our Modern Church Practices)
Pengarang: Frank Viola
Penerbit: Present Testimony Ministry
Halaman: bab 7 "Tithes and Clergy Salaries" -- (217-229)
Diambil dari Website Cornelius Wing
0 comments:
Post a Comment