Faceless Generation - Story from Papua
(Sumber: Renungan Harian BOOM edisi Oktober 2008)
Masih SMA tapi jadi "guru" di pemerintahan.
Zaman sekarang ini, dunia nggak terlalu luas untuk dijelajahi, karna teknologi informasi makin canggih. Meski tekno udah berkembang pesat, ada juga orang yang belon bisa menikmati dan memahami tekno canggih tersebut. Salah satunya internet... Bayangin, di Papua sono, main internet ke warnet aja 1 jamnya bayar 10rebu loh! Puji Tuhan, lagi-lagi ada satu sosok pemuda yang dibangkitkan Tuhan untuk melihat keadaan ini.
Oktavianus Pogau, salah satu teman kita dari Papua yang udah terjun di bidang jurnalistik 'n pernah belajar internet sendiri, punya kerinduan untuk mengajar internet. Meski Okto yatim piatu, namun semangatnya tinggi untuk membangkitkan Papua dari ketertinggalan. Remaja yang duduk di kelas 2 SMA Kristen Anak Panah, Nabire-Papua ini sempat bikin website dan blog untuk pemerintah sekaligus jadi guru di sana. Penasaran ama pengalamannya? Simak obrolan kita bareng Okto!
Sejak kapan kamu tertarik dunia tulis menulis dan media internet?
Aku suka menulis sejak SMP kelas 2, sekitar tahun 2005. Saat itu di sekolah, guru bahasa indonesiaku menunjukkan sebuah berita tentang lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo. Beliau meminta murid-murid untuk memberikan tanggapan melalui tulisan. Entah kenapa, waktu itu aku punya banyak gambaran dan pendapat tentang kasus ini. Akhirnya apa yang aku pikirkan aku tuangkan dalam tulisan. Saat guruku baca, dia langsung bilang kalo tulisanku bagus. Sejak itu, aku termotivasi untuk menulis. Kebetulan waktu itu juga, warnet di Nabire baru ada. Nah, begitu denger ada warnet, aku jadi penasaran 'n jadi lebih sering ke sana.
Kabarnya di Nabire, warnet jarang ditemukan. Apa yang bikin kamu terdorong untuk terus belajar internet meskipun sulit?
Sejam main internet, aku harus bayar 10ribu. Padahal, kalo aku main internet bisa berjam-jam. Demi ke warnet, aku sisihkan uang saku. Di Nabire warnet cuma ada satu. Tantangan lain yang aku dapatkan adalah budaya. Banyak orang pelit untuk membagikan ilmu baru, apalagi yang punya gelar. Makanya ilmu pengetahuan di Papua itu mahal. Nggak heran kalo Papua dianggap tertinggal. Dari sinilah muncul motivasiku untuk belajar keras tentang internet, komputer, dan dunia jurnalis. Aku ingin berbagi ilmu membangun Papua untuk lebih maju dan bebas dari ketertinggalan.
Siapa sih yang memotivasi kamu untuk nggak menyerah?
Tuhan Yesus, Pribadi pertama yang sangat memotivasi aku. Yang kedua, diriku sendiri, lalu orang-orang terdekatku. Tiap menghadapi tantangan, aku selalu ngobrol ama Tuhan, supaya Dia tunjukkan apa yang harus aku lakukan. Saat Teduh adalah waktu yang tepat untuk terus minta motivasi dan kehendakNya. Merenungkan FirTu tuh wajib hukumnya. Saat orang lain nggak dukung, aku belajar untuk gak dengerin hal-hal negatif yang bisa melemahkanku. Aku belajar untuk selalu bisa memotivasi diriku sendiri setiap saat.
Siapa sih yang kamu ajari?
Banyak banget! Semua teman-teman yang aku kenal di Nabire, termasuk orang-orang yang lebih tua dariku. Dari mahasiswa sampai pejabat di pemerintahanpun aku ajari main internet dan aku buatkan blog. Selain itu, teman-teman di sekolah dan siapapun yang datang minta tolong, pasti aku ajarin tanpa dipungut biaya. Aku akan ngajarin mereka sampai paham benar, jadi nggak ketinggalan.
Kabarnya kamu juga pernah nulis dan jadi wartawan, juga kolumnis muda beberapa media cetak. Gimana bagi waktu dengan sekolah?
Wah kalo diceritakan satu-satu bisa jadi satu buku ^_^. Aku pernah bikin web untuk ajang kebudayaan Papua secara otodidak. Emang sih sederhana... Puji Tuhan dapat penghargaan dari banyak kalangan termasuk pemerintah Papua. Sampai saat ini, aku aktif memberikan tulisan dan liputan di Papua Pos, Kabar Papua. Aku juga sempat dipercaya jadi editor yang punya kuasa untuk mengijinkan sebuah berita dimuat atau enggak. Puji Tuhan, sekolah nggak terganggu, lancar-lancar aja. Kuncinya, aku bisa atur waktu. Sampe-sampe, 24 jam itu terasa kurang buat aku bekerja, hehehe... Ini semua anugerah Tuhan, sehingga hasil kerja keras itu bisa memberkati banyak orang.
Pesannya buat teman-teman muda se-Indonesia apa nih?
Jangan terpengaruh dengan keadaan dan keterbatasan. Dalam berkarya, nggak harus punya fasilitas lengkap, supaya terlaksana. Yang penting harus punya kemauan keras, tekad, dan selalu ngobrol sama Tuhan. Jadikan keterbatasan sebagai kunci sukses kita! (*/Bb)
0 comments:
Post a Comment