Asli Atau Palsu
Terinspirasi gara-gara tadi lunch di kantin kantor hehe... semeja ama ibu-ibu, cewek-cewek single and satu suami orang... Biasanya siy aku nebeng mobil makan di "Tenda Biru" rumah makan sederhana sekale di kompleks Sriwijaya (makanannya memuaskan 'n harganya juga miring, enak banget dah pokoknya hehe, cuman kekurangannya satu, kalo makan di sana sosialisasinya kurang banget bow... ga bisa ngobrol panjang kayak kalo nongkrong di kantin kantor. Tapi demi alasan penghematan ya betah-betah aja ke sana). Tapi tadi bapaknya ga nongol di kantor (biasanya dia ngejemput pake mobilnya.. Kurang apa coba, udah enak, murah, dianter jemput lagi uih muantebbb!!! hehehe...), ya udah akhirnya makan di kantin kantor deh...Na, lanjut... Ada cerita seru yang berawal dari topik seputar pohon kantor yang palsu. Jadi di tengah-tengah space kantin, ada pohon gede, bukan pohon asli, palsu tapi mirip asli banget. Na, satu ibu ini ceritanya berawal dari situ, dia cerita tentang pengalamannya waktu semasa kuliah (and masih single tentunya). Dia sering ketemu cowok-cowok yang tampang 'n penampilannya macho abis (istilahnya dia asli) tapi ternyata gay (a.k.a. palsu). Dulu pernah dia naksir beberapa cowok (ada yang sekarang jadi desainer ternama, ada yang dulunya pelukis kondang, termasuk juga Guruh Soekarno Putra) tapi langsung gubrax begitu tau ternyata mereka gay, nada suaranya juga rada ganjes... Oops... Sampe pernah dia saking traumanya, semuanya diasosiasikan ama asli atau palsu. Pernah pas dia mo makan dia liat ayamnya gede banget, tanpa sadar dia nanya, "Ini ayam asli atau palsu?" huehehe... sampe penjualnya tersinggung hehehe...
Ini cuman salah satu topik rumpi tadi siang siy... aku mah cuman nimbrung ketawa and tried to imagine aja hehe... Maybe pengalaman ibu ini (namanya Bu Tina, salah satu Creative Consultantnya program TV produksi kantorku, SOLUSI) bener-bener udah luas banget, bener-bener yang pengalaman big city getu, kalo aku mah ga pernah ngalamin yang ekstrim kayak dia soalnya hehe... Dia juga bilang kalo cewek-cewek yang dia temui juga banyak yang se"arah" alias lesbong... Dia punya temen yang penampilannya feminin abis tapi benci banget ama kegiatan-kegiatan "cewek" kayak masak, benci ama anak-anak...
Aku cuman mikir, how come that happen? Pernah juga siy pas blogwalking baca blog seorang cowok gay... and apa yang terjadi di masa lalunya emang ngaruh banget kenapa dia jadi seperti sekarang ini. Saat dia masih kecil 'n belum ngerti apa-apa, ada pihak lain yang "mencekoki" dia dengan hal-hal yang "aneh" (baik melalui perbuatan atau kata-kata). Wajar aja kalo mereka mempertahankan keberadaan diri 'n opini mereka (maksudnya menolak mentah-mentah dibilang "sakit"), coz saat itu mereka bahkan belum ngerti and belum sempat memilih orientasi mereka, tapi like it all sudden mereka udah berada di "jalur" itu.
And it makes me think... bisa jadi juga mereka menentukan pilihan orientasi mereka yang sekarang karena pengaruh sudut pandang lingkungan dan masyarakat, kayak stereotype tentang bagaimana seharusnya seorang laki-laki 'n bagaimana seharusnya seorang perempuan itu, mulai dari sikap tubuh, perilaku, fashion, de el el...
Padahal kalo diteliti secara mendalam lagi (ini kalo dipandang dari segi ilmu pengetahuan kali yah..), seperti yang pernah aku baca, ada orang-orang tertentu (karena emang jumlahnya ga banyak) yang susunan hormonnya berbeda dari yang kebanyakan. Ada beberapa cowok yang punya kadar hormon progesteron (hormon yang lazimnya mendominasi tubuh cewek) lebih banyak dari hormon progesteron (hormon yang lazimnya mendominasi tubuh cowok). Ada juga cewek yang punya kadar hormon testosteronnya lebih banyak dibanding hormon progesteronnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan beberapa bagian dari mereka (entah itu beberapa ciri tubuh, kesukaan atau preferensi, perilaku, kepekaan emosi, atau yang lain) cenderung seperti stereotype lawan jenisnya. Apakah ada yang salah dengan itu? I think not... Mereka yang cowok tetep cowok, 'n yang cewek tetep cewek. Cuman maybe dalam lingkungan yang pengetahuannya masih belum terbuka tentang kemungkinan logis itu, langsung mencap mereka "aneh" atau "sakit". Naturally, kita manusia bertumbuh dengan menyerap gambar diri dari sekeliling atau lingkungan kita. Kalo kita terus menerus menerima input bahwa kita "aneh" atau "sakit", lama kelamaan kita akan benar-benar merasa bahwa kita memang "aneh" atau "sakit", padahal kenyataannya there's nothing wrong with us. Maybe itulah yang akhirnya membuat mereka mengira itu adalah "jalur" mereka. Ini cuman pemikiranku siy...
Hmm... Better not analyze too much hehe... soalnya aku juga tau dari baca-baca aja.. But I think yang jadi poinnya adalah penerimaan, and kasih tanpa syarat dari Dia, itulah yang bakal menjadikan semuanya seperti yang sudah semestinya, kebebasan berekspresi tanpa kehilangan identitas... juga kenyataan bahwa kita yang sekarang memang dibentuk dari masa lalu, tapi kitalah pemegang kendali agar masa lalu kita tidak terus membentuk masa depan kita, bahwa kita bisa mulai membangun masa depan kita, start from NOW...
0 comments:
Post a Comment