Friends

Monday, May 22, 2006 Fay 0 Comments

What is the first impression that pops up in your mind when you hear the word Friend?

Setiap orang lain punya kesempatan yang sama untuk jadi temen kita, but not all of them can be our friend, apalagi close friend... Bukan bermaksud memilih-milih temen, sok jual mahal, or any other negative perspectives... But this is the reality... We life in an imperfect world... Setiap orang punya motivasi, sudut pandang, penghargaan, karakter, dan other attributes yang berbeda satu sama lain. Satu hal yang sama bisa diterjemahkan dengan "warna" yang berbeda oleh orang yang berbeda. Persahabatan itu sendiri seringkali diartikan dan dihargai dengan cara yang berbeda oleh orang yang berbeda.

Setiap orang mungkin pernah mengalami dua sisi dari hubungan teman ini, same like me, pernah mendapatkan sahabat yang setia 'n ga punya motivasi terselubung a.k.a tulus, and the second side, temen yang kalo diibaratin kayak serigala berbulu domba. Ngga bermaksud sarkastik siy... Lagian skala kedua sisi itu juga ga selalu kayak ekstrem kiri 'n ekstrim kanan, levelnya juga beda-beda... Perlu diingat, I'm not talking about kesempurnaan, bahwa seorang temen yang baik adalah temen yang sempurna, but yang lebih aku tekankan di sini adalah ketulusan dalam menjalin hubungan teman 'n persahabatan.

I'll talk about the first side first... Buat aku, "teman" adalah seseorang yang aku kenal, dari sekedar nama sampai data diri yang standar, juga maybe pernah ngobrol. Sementara "sahabat" a.k.a. "close friend", it's more than a friend, persahabatan itu saling berbagi, perasaan yang terdalam, pikiran, sudut pandang masing-masing, saling mengenal kecenderungan masing-masing (baik yang positif maupun negatif), saling mengingatkan, 'n saling mendukung. Intinya sahabat itu has a deeper relationship than friend. Like I said before, semua orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi teman kita, tapi ngga semuanya bisa jadi teman kita. The next is, semua teman kita punya kesempatan yang sama untuk menjadi sahabat kita (coz untuk jadi sahabat pasti kudu jadi temen dulu kan...), tapi ngga semua temen kita bisa jadi sahabat kita.

No offense, but if you asked me why would I said that? It's simply becoz... not everyone can handle us completely... I mean... kita udah tau bahwa masing-masing karakter kita punya kelemahan atau sisi negatif, dan ga semua orang bisa menghadapi sisi negatif itu, but seorang sahabat, bisa. That's why he or she can still standing close to us in the times while other people walk away. Coz seorang sahabat bisa deal with keseluruhan diri kita, baik sisi positif maupun sisi negatif kita. That's why too, dengan sahabat dekat kita, kita bisa merasa lebih santai 'n lebih feel "safe". (*Sisi negatif maksudnya kelemahan-kelemahan karakter seperti emosional, keras, dll...)

The second side, perumpamaan serigala berbulu domba ini maybe salah satu bahasa gaulnya tu aji mumpung. Like I said, ada beberapa level yang ga akan aku kategorisasikan coz they're random, anyway, I'm not the judge, rite? hehe... Or in more simple way, I can say that in the contrary, ada orang-orang yang motivasinya ga tulus dalam berteman. Kalo levelnya ga parah, we can keep them dalam batas "teman" but ga bakal jadi "sahabat", coz (come on, just be real...) bisakah kamu menjadikan seseorang yang kadang memanfaatkanmu to be your close friend? I think not...

Pernah denger ga pepatah "Tell me who your friends are, then I can tell you who you are..."? Yepp! Pergaulan kita definitely bakal mempengaruhi kita. Kita dan sahabat-sahabat dekat kita, sadar ato engga, bakal saling mempengaruhi satu sama lain. Kita cuman perlu berhikmat untuk mengadopt the positive sides dan saling meng-encourage one another to be a better person. Vice Versa... if we want a qualify close friend, then first, we have to be the qualify person to be other's close friend. Coz naturally, dua orang yang punya "level" yang sama bakal saling tarik menarik hehe... Maksudku, orang-orang yang sama-sama menghargai nilai persahabatan secara alamiah bakal menjalin hubungan persahabatan. Ga mungkin kan kalo kamu orangnya sangat menghargai persahabatan bakal mingle ama orang yang sama sekali ga menghargai persahabatan atau bahkan yang ga ngerti nilai dari sebuah persahabatan... Itu kayak air 'n minyak, molekulnya dah beda, ga bakal nyatu... hehehe... Rite?

And seorang sahabat yang tulus, akan lebih memilih untuk bertanya langsung kepada kita daripada mendengar dan mempercayai kata-kata (or gosip) orang lain tentang kita. Walau kondisi inipun bisa menjadi vice versa... I mean, maybe kita adalah seorang sahabat yang tulus, tapi kita bisa saja menjalin hubungan persahabatan dengan orang yang "salah"... So what's the conclusion? Kita harus berhikmat 'n jadi bijak dalam menjalin hubungan.

The last conclusion... hehe... everything has two sides... karakter kita pun punya dua sisi. If I saw at myself and a close friend of mine... being a sensitive person tu ga selalu rugi. Tergantung kita ngeliatnya gimana. Positifnya, kita bisa merasakan sesuatu dengan lebih mendalam dibanding orang lain (I need that to make my poems hehe...), bisa lebih gampang berempati dengan perasaan orang lain, and we can put more focus on that dibanding menyesali "gift" ini coz kita jadi gampang tersinggung or gampang emosional. It's just depends on how we treat and manage that, rite? Pandang apa yang kita punya sebagai suatu gift (karena memang itulah adanya, it's a gift...), hargai itu, dan fokus untuk mengasah 'n mengembangkannya ke arah yang positif (yang tentunya juga bakal menghasilkan something positive too ^_^).

0 comments: