Inspirasi atau Plagiat?

Tuesday, June 06, 2006 Fay 0 Comments

Masalah ini pernah saya singgung sedikit di salah satu postingan saya. Meskipun demikian, masalah ini menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut setelah menjadi salah satu topik panas di forum ini.

Salah satu pertanyaan yang muncul dalam forum tersebut adalah bagaimana membedakan antara inspirasi dengan plagiat?

Terus terang, ini adalah pertanyaan yang gampang sekaligus sulit untuk dijawab. Kenapa? Karena bentuk plagiat itu sendiri bermacam-macam dan orang bisa memberikan banyak argumentasi untuk menuduh ataupun berkelit dari plagiat.

Inspirasi bisa dijadikan senjata untuk menepis plagiarisme. Sebaliknya cap plagiat bisa dijatuhkan kepada orang yang memang ingin dihancurkan. Akhirnya, garis antara plagiat dan inspirasi bisa setebal tembok China atau setipis benang.

Tapi mari kita berusaha membuat batasnya.

Plagiat itu mengambil pemikiran orang lain dan mengakuinya sebagai milik sendiri. Mau semuanya, mau sebagian, asal kamu mencomot punya orang dan kamu tidak memberi tahu bahwa itu punya orang lain, itu namanya plagiatisme. Kalau kamu mengambil alur cerita orang lain dan cuma mengganti nama dan settingnya, itu plagiat. Kalau kamu memungut satu tokoh utuh yang khas dari cerita orang lain, kamu dapat dituduh sebagai plagiator. Kalau kamu mengambil kalimat, paragraf, atau adegan khas dari cerita orang lain, kamu juga dapat dianggap sebagai tukang contek.

Ini salah satu contohnya:

Ningrum membuka lebar pintu almari itu. Ternyata almari pakaian. Ia melihat beberapa mantel yang terbuat dari bulu tergantung di dalam almari…. Ia merasa dapat masuk lebih ke dalam. Ia terus melangkah…. Sembari berharap tangannya akan menyentuh suatu seperti papan kayu. Tetapi, heran ia, tidak pernah ia menyentuhnya.

Tidak lama kemudian, ia merasakan sesuatu menerpa wajahnya… “He, sepertinya cabang-cabang pohon!” seru Ningrum…. Tidak berselang lama, ia menyadari dirinya berada di tengah-tengah hutan, pada waktu malam hari, dan sedang turun hujan salju.


dikutip dari deetopia.multiply.com



Sudah tahu kan, karya apa yang diconteknya?

Lalu bagaimana dengan terinspirasi? Nah, ini bagian yang sedikit sulit. Apa yang dianggap satu penulis sebagai terinspirasi, bisa jadi dianggap sebagai plagiat bagi orang lain. Tapi tenang saja. Ada trik untuk mengatasinya.

Bagi saya, suatu naskah dapat disebut terinspirasi ketika ia memungut sebagian kecil ide penulis lain dan mengembangkannya sendiri dengan gayanya sendiri.

Kalau saya membuat tokoh bocah laki-laki pemburu sundel bolong tapi settingnya saya pindah ke tahun 1820 di Indonesia (zaman Perang Diponegoro), kemudian saya buat dia memiliki kepribadian ganda, dan memiliki kisah cinta ala Cinderella, apakah Anda akan menuduh saya menyontek karakter Buffy the Vampire Slayer? Tidak, kan?

Kalaupun saya sial dan ada orang yang menuduh saya menyontek karakter Buffy, saya bisa mengelak karena saya mencampurkan banyak ide pada tokoh Buffy tersebut. Begitu kecil ide yang saya pinjam dari penulis lain sehingga ide dari penulis awalnya tidak terlihat. Saya tetap harus berpikir tentang banyak hal: latar belakangnya kehidupannya, hubungannya dengan keluarga, hubungannya dengan penjajah Belanda saat itu, dan lain-lain. Dengan sendirinya, karakter saya akan beda sekali dengan karakter Buffy yang menjadi inspirasi saya.

Tuduhan plagiarisme bisa saja dituduhkan kepada saya kalau saya membuat karakter sahabat yang mirip dengan karakter teman-teman Buffy ataupun saya menggunakan plot yang akan mengingatkan orang pada cerita Buffy. Bahkan saya juga bisa dianggap plagiat kalau saya membuat adegan yang yang mengingatkan orang pada cerita Buffy. (Karena inilah saya tidak mengerti mengapa Matrix tidak dituntut oleh pihak pembuat Ghost in the Shell)

Jadi, perbedaan antara plagiat dan inspirasi sebenarnya adalah sejauh mana Anda mengolah ide itu. Semakin banyak hal yang Anda modifikasi dari ide tersebut, semakin besar senjata Anda untuk mengelak dari tuduhan plagiat. Lebih bagus lagi kalau karya Anda lebih hebat dari ide awalnya. (Logikanya, di mana-mana hasil fotokopi itu lebih buruk daripada aslinya)

Namun di atas semua ini, demi reputasi Anda sendiri, bersikaplah jujurlah. Kalau ide itu memang milik orang lain, beri tahu pemilik ide tersebut. Masukkan namanya di daftar pustaka ataupun daftar ucapan terima kasih. Sebut namanya berkali-kali saat Anda diwawancarai. Sebagai informasi. hal inilah yang dilakukan oleh Yann Martel, pengarang Life of Pi, serta Wachowski bersaudara, pencipta Matrix. Anda juga bisa mengirim sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih (baca: kalau Anda takut pengarang aslinya berkoar-koar). Percayalah, usaha kecil ini akan membantu menyelamatkan Anda kalau ada orang iseng yang ingin menuduh Anda plagiat. Anda tidak akan pernah tahu kapan Anda akan terkenal, kan?

Sumber (daripada nanti ada yang menuduh saya plagiat):
http://in.rediff.com/getahead/2006/may/09pla.htm
http://www2.ups.edu/CWL/Plagiarism.htm

Sumber : http://suplalerijo.blogsome.com/

0 comments: